Sejarah KKI
Karya
Misi Kepausan (The Pontifical Mission Works) atau juga disebut Serikat
Misi Kepausan (The Pontifical Mission Societies) atau lebih dikenal
dengan istilah yang lebih singkat Karya Kepausan. Karya Kepausan adalah sebuah
lembaga yang membantu tugas Bapa Paus yang secara struktural berada
di bawah Kongregasi Suci untuk Penginjilan (Evangelisasi) Bangsa-bangsa (Sacred
Congregation for Evangelization of Peoples).
Prefek
Kongregasi Suci untuk Penginjilan Bangsa-bangsa saat ini adalah His Eminence
Kardinal Fernando Filoni; sedangkan Presiden untuk Karya Kepausan saat ini
adalah His Excellency Mgr. Protase Rugambwa. Dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari, Presiden Karya Kepausan dibantu oleh empat (4) Sekretaris Jenderal
yang membawahi empat Serikat Kepausan yang ada di bawah tanggungjawabnya
masing-masing.
Empat
Serikat Kepausan tersebut adalah:
- Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman (The Pontifical Society for the Propagation of Faith). Serikat ini didirikan oleh: Pauline Marie Jaricot (1799-1862), pada tanggal 3 Mei 1822. Sekretaris Jenderal Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman saat ini adalah : Msgr. Timothy Lahane, SVD
- Serikat Kepausan St. Petrus Rasul untuk Pengembangan Panggilan (The Pontifical Society of St. Peter Apostle). Serikat ini didirikan oleh seorang ibu bersama putrinya, Stephanie dan Jeanne Bigard (1859-1934), pada tahun 1889. Sekretaris Jenderal Serikat Kepausan St. Petrus Rasul saat ini adalah : Msgr. Jan Dumon
- Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner (The Pontifical Society of The Holy Childhood) didirikan oleh Mgr. Charles de Forbin Janson (1785-1844), pada tanggal 19 Mei 1843. Sekretaris Jenderal Serikat Kepausan Anak/Remaja Misioner saat ini adalah: Miss. Dr. Baptistine Joanne Ralamboarison
- Serikat Kepausan Persekutuan Misioner untuk Imam, Religius dan Awam (The Pontifical Missionary Union for Priest, Religious and Laity), didirikan oleh: Beato Paolo Manna, PIME (1872-1952), pada tahun 1916. Sekretaris Jenderal Serikat Kepausan Persekutuan Misioner untuk Imam, Religius dan Awam saat ini adalah: Mgr. Vito del Prete, PIME.
Tiga
serikat yang pertama yaitu Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman, Serikat
Kepausan St. Petrus Rasul untuk Pengembangan Panggilan dan Serikat Kepausan
Anak/Remaja Misioner mendapat status kepausan pada tanggal 3 Mei 1922,
sementara Serikat Kepausan Persekutuan Misioner untuk Imam/Religius/Awam baru
mendapat status kepausan pada tanggal 28 Oktober 1956. Dengan penganugerahan
status tingkat kepausan berarti telah mengangkat status serikat-serikat itu
dari serikat lokal menjadi serikat yang bersifat mondial atau internasional
langsung di bawah kewenangan (yurisdiksi) Bapa Paus.
Tujuan
keempat serikat ini secara umum adalah untuk membangkitkan kesadaran dan
tanggung jawab misioner dalam hati setiap umat Katolik yang terbaptis, sehingga
seluruh umat Allah memiliki kepekaan dan tanggungjawab terhadap tugas karya
perutusan Gereja secara universal.
Di
setiap negara atau gabungan beberapa negara, terdapat Biro Nasional Karya Kepausan
yang menjalankan fungsinya untuk pengembangan karya-karya misi Gereja universal
di setiap negara atau gabungan beberapa negara tersebut. Dan setiap Biro
Nasional Karya Kepausan dipimpin oleh seorang Direktur Nasional (Dirnas).
Khusus
untuk negara Indonesia: Karya Kepausan di Indonesia baru mulai hadir setelah
Perang Dunia I, tepatnya pada tahun 1919. Pada saat itu Indonesia masih berada
di bawah pemerintahan Hindia Belanda (Nederlands Indie) sehingga Karya
Kepausan Indonesia (KKI) masih di bawah koordinasi Karya Kepausan Negeri
Belanda.
Selama
kurang lebih lima dasawarsa, Karya Kepausan Indonesia (KKI) tidak dapat
berkembang dengan baik antara lain karena pada saat itu Indonesia masih dalam
masa penjajahan Belanda, yang kemudian dilanjutkan oleh penjajahan Jepang.
Dengan demikian perhatian Gereja (dan bangsa Indonesia) pada masa itu lebih
terfokus pada perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Bahkan setelah
kemerdekaan-pun, perhatian Gereja (dan bangsa Indonesia) masih difokuskan pada
usaha pemulihan dan pembenahan keadaan dalam negeri yang serba memprihatinkan.
Baru
pada tahun 1970-an, boleh dikatakan bahwa Karya Kepausan Indonesia (KKI) mulai
bangkit dan mendirikan kantor pusat di Jakarta dengan nama Biro Nasional Karya
Kepausan Indonesia. Dalam hubungan dengan dunia Internasional, kantor pusat ini
disebut The National Office of The Pontifical Mission Societies of
Indonesia.
Dalam
sidang MAWI (sekarang KWI) tanggal 22 November – 4 Desember 1971, para Uskup
Indonesia telah mengakui keberadaan dan peran penting Karya Kepausan Indonesia
(KKI) dalam mengemban tugas untuk membangkitkan kesadaran dan tanggung-jawab
misioner di dalam hati seluruh umat Katolik Indonesia. Sejak itu Karya Kepausan
Indonesia mulai diperkenalkan di keuskupan-keuskupan seluruh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar